Karena setiap pengalaman adalah Pelajaran, bukan sebatas Perjalanan #NUBackpacker

Breaking News

October 17, 2015

Artikel tentang Manusia, Fungsi dan Tujuan hidupnya



PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MANUSIA,  FUNGSI DAN TUJUAN HIDUPNYA



ALI MASKUR
7211415099
Rombel 0000088


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2015 MANUSIA,  FUNGSI DAN TUJUAN HIDUPNYA

 A.  MANUSIA MAKHLUK ISTIMEWA
            Makhluk berasal dari bahasa Arab yang diambil dari kata khalaqa artinya membuat atau mencipta. Kata makhluk adalah kata benda penderita (Isim ma'ful)  yang berarti yang diciptakan atau yang dibuat (Mahmud Yunus, 1973:120).
          Semua benda hidup atau mati yang berada di sekeliling kita termasuk manusia, disebut makhluk. Langit dan bumi beserta isinya baik yang dapat ditangkap oleh pancaindra (alam nyata)  maupun yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindra seperti: barzakh, surga, neraka, 'arsy,  malaikat, jin (alam gaib) termasuk makhluk.
            Islam memberikan konsep yang sangat jelas antara makhluk (yang diciptakan) dan Khalik (Yang Menciptakan). Yang menciptakan hanya Allah,  Tuhan Yang Maha Esa. la Esa dalam menciptakan dan Esa sebagai Tuhan yang disembah dan memberikan perlindungan. (QS.  1:4 dan 112:14). Sebagaimana lazimnya hukum yang berlaku menurut hukum kausalitas dan logika,  tidaklah pemah kita temukan sesuatu yang dibuat sama dengan pembuatnya,  demikian pula Allah selaku Pencipta (Khalik)  berbeda dengan segala ciptaan-Nya (makhluk). Oleh sebab itu garis pisah antara Khalik dan makhluk dalam konsep lslam meeupakan konsep yang mutually exclusive, tidak membaur, dan mutlak perbedaannya. Allahlah yang menciptakan apa yang ada di (dalam, permukaan) bumi dan di luar bumi (langit), dan segala mekanisme serta setiap gerak di dalam, di pemukaan,  maupun di luar itu (QS. 6:101-103):
”Dia Pencipta langit dan bumi.          Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu. (QS 6:101).
”(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu. (QS.  6:102)
”Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (QS.  6:103)
Dalam ruang alam yang demikian luas sangat banyak jenis dan macam makhluk baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Yang kurang disadari adalah hakikat gerak itu sendiri. Gerak itu haruslah diperhatikan sebagai ciptaan yang anah dan kuantum serta kualitasnya ditentukan pula oleh Khalik. Geraklah yang menjadi motor kemajuan-kemajuan dan kemunduran-kemunduran umat manusia, sedang sumber gerak ini hanyalah berasal dari Yang Menentukan, yaitu Allah SWT
”Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat pelajaran yang besar bagi orang orang yang mempunyai penglihatan." (QS.  24:44)
Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang bejalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain)  berjalan dengan empar kaki Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS. 24:45)
Ayat-ayat tersebut tidak hanya menunjukkan bahwa makhluk Allah itu ciptaan-Nya dengan berbagai bentuk,  ciri dan coraknya,  melainkan juga menunjukkan bahwa la sebagai sumber dari sesuatu yang hidup dan kehidupan. la memberikan gerak sehingga sebagian makhluk itu dapat berpindah tempat dengan cara tertentu, seperti dengan perut, dua kaki, empat kaki, dan seterusnya.
Manusia dalam rangka ini memiliki keistimewaan dan kelebihan dari makhluk lain karena ia mampu bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik di darat, air (sungai dan lautan), maupun di udara. Binatang hanya dapat bergerak pada alam tertentu lagi terbatas.  Walaupun ada binatang yang hidup di dua jenis alam, namun terdapat keterbatasan-keterbatasan yang tidak dapat melampaui kemampuan manusua.
”Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkat mereka di daratan dan di lautan.  Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang Kami ciptakan. (QS.  17:70)
Konsep kejadian manusia jelas perbedaannya dengan konsep kejadian makhluk selain manusia. Manusia memiliki kelebihan yang sempurna dan sekaligus menunjukkan bahwa manusia memang istimewa dan berbeda. Penciptaan manusia bukanlah suatu proses yang terbentuk dari sesuatu yang bukan berasal dari manusia, seperti halnya teori Darwin.
Dalam pandangan kebendaan (materialisme), manusia hanyalah merupakan benda dari kumpulan organ-organ seperti: daging, tulang, urat, darah, pencernaan, dan lainnya yang apabila sampai masanya akan kembali kepada benda juga meskipun bentuknya mungkin berbeda. Dari benda kembali ke benda yang pada hakikatnya menurut kepercayaan ini yang langgeng adalah benda. Pandangan mereka hanya sampai benda, dan hanya mempercayai adanya benda-benda yang dapat dibuktikan pancaindra. Oleh karena itu dalam anggapan mereka, tidak ada keistimewaan manusia dibanding makhluk lainnya. Bahkan manusia dimasukkan ke dalam jenis kera, yang setelah melalui masa panjang berubah menjadi manusia. Inilah teori evolusi atau teori desedensi bahwa hayat berasal dari makhluk bersel satu.  Evolusi itu berlangsung setingkat demi setingkat ke dua arah membentuk dan sepertiga juta jenis tanaman. Binatang bersel satu sebagai awal evolusi dan manusia akhir (sementara) evolusi.
Pandangan ini menimbulkan kesan seolah-olah manusia ini makhluk yang rendah dan hina, sama dengan hewan-hewan yang hidupnya hanya untuk memenuhi keperluan dan kepuasan kebendaan semata. Darwin telah menempatkan manusia dalam alam binatang,  tanpa memperhitungkan segi rohaniah baik akal budinya maupun kesadaran moral. Pandangan hidup semacam ini oleh Al-Qur'an dipandang sebagai kesesatan.
”Dan mereka berkata: Kehidupan ini ridak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja. (QS.  45:24)
Manusia, menurut pandangan Islam adalah makhluk mulia dan terhormat di sisi Tuhan. Manusia diciptakan dalam bentuk yang amat baik (QS 95:4). Kecuali ia memiliki insting (naluri) vegetatif dan melakukan pengindraan sebagaimana hewan, ia juga memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh hewan dan tumbuhan yaitu akal. Akal merupakan anugerah Tuhan yang tiada tenilai harganya,yang membedakannya dari kehidupan hewan dan tumbuhan. Sekiranya akal itu tidak ada pada manusia, niscaya keadaannya akan sama saja dengan hewan bahkan lebih hina lagi (QS.  7:179).
Dengan adanya akal segala anggota tubuh manusia, gerak dan diamnya menjadi berarti. Akal dapat digunakan untuk berpikir dan memperhatikan segala benda dan barang yang ada di alam semesta ini, sehingga apabila akal digunakan dengan semestinya, niscaya tidak sesuatu pun di lingkungan manusia yang tidak bermanfaat atau sia-sia (QS. 7:10; 15:20;  45:13).
Dalam pandangan Islam manusia terdiri dari dua unsur yaitu: materi dan immateri.  Tubuh manusia bersifat materi yang berasal dari tanah, sedang rohnya berasal dari substansi immaleri di alam gaib. Proses kejadian manusia ini disebut secara jelas di dalam Al Qur'an dan telah dibuktikan secara ilmiah oleh ilmu pengetahuan modern yang banyak ditulis oleh beberapa ahli dalam berbagai motif dan variasinya.
Al Qur'an menjelaskan asal usul manusia pertama dari tanah; kadang-kadang dengan istilah turab (tanah gemuk atau soil)  dan kadang pula dengan istilah thin (lempung), atau sari pati lempung (min sulalatin min thin) (QS.  23:12-16).
“Dan sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dari suatu sari pati (berasal) dari tanah. (OS. 23:12)
Kemudian Kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim).” (QS. 23:13)
”Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,  lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk)  lain. Maka Maha Sucilah Allah pencipta yang paling baik. (QS. 23:14)
”Kemudian sesudah itu,  sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.” (QS. 23:15)
Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kubumu) di hari kiamat. (QS. 23:16)
Dari ayat-ayat tersebut kita memperoleh informasi bahwa:
a.  manusia pertama diciptakan langsung dari tanah;
b.  keturunannya diciptakan melalui proses dari sari pati tanah (air mani);
c.  setelah sempurna kemudian hidup di dunia,  mati,  dan dibangkitkan (dari kubur)  kembali hidup di akhirat.
Abu Musa Al-Asy'ari melukiskan bahwa kehidupan manusia adalah abadi. la hidup berpindah-pindah dari suatu alam ke alam lain. Mula-mula ia hidup di alam arwah (QS. 7:172)  lalu hidup di kurun dunia dengan sebab dilahirkan (QS. 57:20), Pada suatu waktu ia akan mati dan berpindahlah ia ke alam barzakh, suatu alam yang merupakan dinding pembatas antara dua kurun, sejak mati hingga hari kebangkitan, sebagai balas antara alam dunia dan alam akhirat, sedang alam akhirat yang sesungguhnya dimulai dengan kiamat (QS. 23:100-104).
Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastian datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur, (QS. 22:7)
Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan)  pekerjaan mereka. (QS 99:6)
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (QS 99:7)
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (QS 99:8)
Eksistensi manusia dengan berbagai kestimewaannya memang bukan secara kebetulan atau anpa maksud. Juga tidak searti dengan apa yang dipandang oleh kaum materialisme seperti yang diungkapkan terdahulu.  Justru dengan keistimewaannya itu di pundaknya dipikulkan tanggung jawab yang akan diperhitungkan kelak di akhirat.
Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban?)  Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim?)  Kemudian mani itu menjadi segumpal darah lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakan-nya. Lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang laki-laki dan perempuan.  Bukankah (Allah yang berbuat)  demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati? (QS. 75:36-40)

 B.  FUNGSI GANDA MANUSIA
Di atas telah disinggung babhwa keberadaan manusia bukanlah secara kebetulan dan ia juga tampil di dunia bukan sebagai benda yang hidup lalu mau kembali ke benda lagi tanpa tanggung jawab, sebagaimana pandangan yang dikemukakan oleh paham kebendaan (materialisme). Islam dalam rangka ini telah memberikan garis dasar yang jelas tentang maksud penciptaan manusia; apa fungsinya dan apa pula tujuan hidupnya.
Berbicara masalah fungsi, ia bisa berarti jabatan, kedudukan,  dan status. Dalam fungsi itu terkait pula makna tugas., kewajiban,  dan hak. Apa arti fungsi tanpa tugas,  dan tugas pun baru akan bemakna apabila menepati kewajiban-kewajiban yang semestinya serta terpenuhinya hak-hak sebagai imbangan dari kewajiban dan tugas yang telah terlaksana.
Manusia dilahirkan ke dunia di tengah eksistensi alam semesta (makhluk) yang menyandang tugas dan kewajiban yang berat dalam fungsinya yang ganda, yaitu sebagai berikut:
 1.  Selaku Khalifah Allah
Khalifah berarti pengganti, penguasa, pengelola,  atau pemakmur. Selaku khalifah manusia tidak boleh mengabaikan keserasian hidupnya berdampingan dengan alam scmesta sebagai ekosistem. Manusia memang tidak dapat hidup sendirian, ia memerlukan bekal hidup yang disumbangkan oleh makhluk lain karena memang eksistensi segala makhluk itu diperuntukkan bagi kehidupan manusia, Al Qur'an 45:13 menyatakan:
Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa di bumi semuanya (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir. (QS 45:13)
Manusia meskipun ia sama-sama makhluk tetapi ia memiliki keunggulan dari makhluk lain. Keunggulan tersebut kecuali karena manusia memang diciptakan scbagai makhluk yang baik dan sempurna (ahsani taqwim)  dengan bentuk tubuh yang elastis dan dinamis, dapat dikembangkan secara fleksibel menurut kehendak manusia. Juga karena anugerah yang tiada taranya, yaitu akal. Dengan berbekal alam semesta (lingkungan), tubuh yang sempuma,  serta akal,  manusia dipercayakan untuk menanggung fungsi khalifah (penguasa,  pengelola, dan pemakmur bumi) untuk kesejahteraan hidupnya. Al Qur'an menceritakan bahwa sebelum tugas berat ini diajukan kepada manusia terlebih dahulu ditawarkan kepada makhluk lain.
”Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanatkepada langit, bumi,  dan gunung-gunung,  maka semuanya enggun ntuk memikul amanat dan mereka khawatir akan mengkhianatinya dan dipikullah amanat itu oleh mranusia.  Sesungguhnya mamusia itu amat zalim dan amat bodoh. (QS. 33:72)
Amanat memiliki arti yang bermacam-macam,  ada yang menafsirkan kebebasan dan tanggung jawab, ada pula yang mengartikan fungsi khalifah dan sebagainya.
Keengganan makhluk lain dalam memikul amanat merupakan lukisan dari ketidakmampuan makhluk lain itu untuk melaksanakan tugas yang demikian berat.  Mereka tidak memiliki cukup bekal.  sedang manusia memang yang paling pantas memangku jabatan tersebut. Apabila manusia benar-benar memikul tugas menurut aturan-aturan yang telah digariskan Allah,  niscaya akan tercapailah kemakmuran bumi, tempat manusia hidup sebagaimana yang dimaksud dan dikehendaki Allah.  Namun terkadang perilaku dan tindakan manusia tidak sesuai dengan tugas yang diemban Al Qur'an menyinggung bal ini antara lain pada surat 30:4l.
”Telah nampak kerusakan di darta dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,  supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS.  30:41)
Bagaimana seyogianya manusia bertindak dalam posisinya sebagai khalifah itu.  Mari kita perhatikan keterangan Al Qur'an berikut:
”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS.  2:30)
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat. Ia lalu berfirman: Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar. (QS 2:32)
”Mereka menjawab: ”Maha Suci Engkau,  tidak ada yang kami ketahui selain daripada yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS.  2:32)
Dari ungkapan Al Qur'an di atas dapat dipahami bahwa salah satu syarat mutlak dalam rangka mengemban tugas khalifah adalah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang telah dianugerahkan Allah kepada Adam merupakan lambang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bagaimanapun pesatnya kemajuan pengetahuan dan ilmu manusia, niscaya tidak akan melampaui pengetahuan Adam yang berkisar di sekitar pengetahuan mengenai sifat benda-benda, karena Nabi Adam telah dianugerahi pengetahuan mengenai sifat benda-benda seluruhnya (asma-a kullaha). Dari ayat itu dapat kita ketahui bahwa ilmu pengetahuan mestilah diperoleh melalui proses belajar, malaikat mengakui tidak memperoleh pengetahuan kecuali apa yang telah diajarkan Allah kepada mereka.
Apabila ilmu pengetahuan telah diperoleh,p ada tempatnyalah manusia dapat menjalankan tugasnya: mengelola, memanfaatkan segala kekayaan alam semesta ini untuk kemakmuran dan kesejahteraan manusia.
Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka burni iru (sumber)  penghidupan.  Amar sedikit kamu yang bersyukur. (QS.  7:10)
”Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-sekali bukan pemberi (rezeki kepadanya).” (QS.  15:20)
 Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya (QS.  11:61)
Bekal hidup tersebut bukan saja yang ada di bumi melainkan juga apa yang terkandung di luar bumi (langit), seperti udara, air hujan, matahari,  dan benda-benda lain yang ditundukkan Allah bagi kemudahan manusia dalam memenuhi kebutulan hidupnya.
Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat)  daripada-Nya.  Sesungguhnya pada yang remikan itu benar-benar terdapat tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir (QS. 45:13)
2.  Selaku Hamba Allah
 Pada Qur'an surat 51:56,  Allah menyatakan:
”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadat (menyembah-Ku) (QS.  5 I:56)
Selaku hamba Allah, manusia semestinya beribadat semata kepada-Nya: Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. (QS. 1:5).  Beribadat kepada Allah merupakan prinsip hidup yang paling hakiki bagi orang muslim, sehingga perilaku manusia muslim sehari-hari senantiasa mencerminkan penempatan pengabdian di atas segala-galanya.
Menyembah Allah semata: artinya hanya kepada-Nyalah pengabdian ditujukan, Allah ialah Tuhan Yang Maha Esa,  pencipta segala makhluk,  tiada sekutu bagi-Nya baik Ia sebagai Tuhan yang disembah maupun sebagai Tuhan Pemelihara alam semesta ini. Menyembah,  memohon perlindungan atau apa saja perbuatan yang menyerupakan Tuhan dengan makhluk,  atau mengangkat makhluk berkedudukan sebagai Tuhan disebut syirik dan orang yang berbuat demikian dinamakan musyrik.  Perbuatan syirik adalah kezaliman terbesar di sisi Allah. Perbuatan baik amal saleh yang terwujud dalam fungsi manusia selaku khalifah akan berarti di sisi Allah apabila dilakukan dalam rangka pengabdian kepada-Nya. Maksudnya ialah bahwa ada perbuatan yang tampaknya dilakukan dalam urusan dunia,  seperti berdagang, bertani, menjadi pegawai, sekolah (dalam rangka pengelolaan bumi untuk memakmurkan manusia) apabila dilakukan dengan niat dan maksud ibadah kepada Allah maka ia telah melakukan dua fungsi (khalifah dan ibadah) sekaligus. Gajarannya di dunia ia peroleh, dan di akhirat akan memperoleh pahala berlipat ganda.
Sebaliknya sesuatu pekerjaan besar yang telah banyak manfaatnya bagi manusia akan sia-sia di sisi Allah jika tidak disertai niat ibadah kepada Allah, dan ini lebih tidak berarti kalau dilakukan bersamaan dengan perbuatan syirik (mempersekutukan Allah).
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada nahi-nabi yang sebelummu: Jika kamu mempersekutukan Allah niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang yang merugi. (QS. 39:65)
Karena itu maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu lermasuk orang-orang yang bersyukur. (QS.  39:66)
Lebih lanjut Allah menyatakan bahwa ada kemungkinan dosa hamba-Nya akan diampuni dengan rahmat keampunan-Nya. Tapi dosa syirik yang dilakukan seseorang sampai matinya tiada tobat, Allah tidak akan mengampuninya, karena perbuatan demikian itu sesungguhnya telah menyeleweng dari fitrah manusia yang semestinya hanya kepada Allah sematalah ia menyembah.
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS.  4:48)
Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya,  di waknu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,  janganlah kamu mempersekutukan (Allah), sesungguhnya mempersekutukan Allah,  adalah benar-benar kezaliman yang besar (QS. 31:13)
 Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa. Barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaknya ia mengerjakan amal saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhan. (QS. 18:110)

C.  TUJUAN HIDUP MANUSIA
 Hidup menurut konsep Islam bukan hanya kehidupan duniawi ini saja, tetapi berkelanjutan sampai kehidupan ukhrawi (di alam akhirat nanti). Hidup di dunia merupakan masa bakti. dan kehidupan di akhirat erat sekali hubungannya dengan kualitas hidup di dunia ini.  Apa yang dipetik di akhirat adalah hasil tanaman di dunia,  amal baik akan berbalas baik dan amal buruk akan berbalas buruk pula (QS 99:7-8)
Pandangan dan prinsip ini menampilkan perilaku sebagai ”Akhlak Muslim. Manusia musilm sadar benar bahwa hidup di dunia merupakan terminal dari perjalanan hidup manusia yang panjang;  mulai dari alam arwah, alam arham,  alam dunia,  alam bazakh dan berakhir di alam akhirat. Di alam dunia ini manusia mengemban tugasnya dan di sini pula ia menentukan pilihannya,  apakah ingin menjadi penghuni surga atau menjadi penghuni neraka.
Kata dunia tidak kurang dari 122 kali disebutkan dalam Al Qur'an Menikmati kehidupan dunia tidak dilarang, bahkan kita dianjurkan untuk merebut akhirat dengan tanpa melupakan dunia.
”Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,  dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan)  duniawi... (QS.  28:77)
”Katakanlah "Siapa yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik. Katakanlah: Semua itu (disediakan)  bagi orang-orang yang beriman (dan orang-orang yang tidak beriman) dalam kehidupan dunia,  semata-mata bagi orang-orang beriman di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang yang mengetahui. (QS. 7:32)
Ayat-ayat tersebut menerangkan dengan Jelas, bahwa perhiasan (kehidupan dunia) dapat dinikmati oleh orang beriman maupun yang tidak beriman. Sedang di akhirat nanti kenikmatan yang lebih baik dan lebih abadi disediakan khusus bagi orang yang beriman.  oleh karena itui Allah memperingatkan agar orang beriman jangan larut pada kehidupan dunia,  tertipu,  sehingga lupa kepada kehidupan yang sebenarnya di akhirat nanti.  Padahal kehidupan akhirat lebih utama dari kehidupan dunia (QS. 87:16-17)
Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan (QS 57:20)  
Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuan dengan hari ini?  Mereka berkata: Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri,  kehidupan dunia telah menipu mereka,  dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri,  bahwa mereka adalah orang yang kafir. (QS 6:130)
Alam akhirat disebut juga alam baka, artinya alam akhir yang abadi, tiada berkesudahan.  Para ahli surga kekal di sana selama-lamanya,  begitu juga orang kafir kekal di dalam neraka selama-lamanya.
Sesungguhnya orang orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya.  Mereka itu adalah seburuk-burnknya makhluk. (QS.  98:6)
”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.” (QS.  98:7)
”Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah surga Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada-Nya.  Yang demikian itu adaiah (balasan)  bagi orang yang takut kepada Tuhannya." (QS.  98:8)
Memperhatikan bahwa tujuan akhir dari kehidupan manusia (muslim dan mukmin)  ialah mencapai rida Allah. Surga memang dambaan setiap mukmin muslim,  karena negeri itu sebaik-baik kediaman di akhirat. Akan tetapi Allah tidak memasukkan ke sana orang-orang yang tidak diridai-Nya, karena surga memang hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang mendapat rida-Nya. Oleh sebab itu tepatlah apabila tujuan akhir hidup manusia muslim mukmin semata menuntut rida Allah SWT yang direalisasikan dalam bentuk perjuangan menjalankan tugas dan fungsi gandanya, khalifah dan beribadat. Tujuan hidup ini senantiasa diucapkan dalam pernyataan yang ikhlas tiap kali melakukan shalat, yakni:
"Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk (menuntut rida) Allah, Tuhan semesta alam." (QS. 6:162)

No comments:

Post a Comment

Designed By: Ali Maskur Nt